Page 89 - Binder WO 077
P. 89
bagaimana resor membuat makanan dan minuman
dasar melalui pertanian minim sampahnya yang unik
hingga konsep makan, filosofi berdayakan sumber
lokal, dan teknik warisan turun-temurun.
Sekitar 70% menu berbahan dasar nabati yang
didapat dari sumber lokal berjarak satu jam perjalanan
dari resor. Ide ini dikembangkan berkat kerja sama
dengan Agency X, grup konsultan lokal yang
membawahi restoran Locavore, Nusantara Restaurant,
dan The Night. The Botanist Bar pun menggunakan
bahan-bahan lokal dalam campuran minumannya,
sementara Toja Spa melestarikan tradisi Desa Buahan
dan sekitarnya dengan taman terbuka yang unik, tentu melebur di dalamnya serta mengerti hubungan
saja telah bersertifikasi Banyak Tree Spa Academy. resor dengan komunitas sekitar. Gede Kresna, arsitek
Banyan Tree juga mengusung bentuk kerajinan lokal yang dikenal dengan desain khas Bali yang
yang tidak konvensional, mulai dari pendekatan berkelanjutan mengadakan riset selama empat
bunyi-bunyian rancangan studio kreatif Parable bulan bersama timnya. Bekerja sama dengan Head of
yang berbasis di Singapura, hingga menggunakan Architecture Banyak Tree, Dharmali Kusumadi, yang
kayu ‘besi’ Ulin yang didesain ulang dari dermaga merancang balé dan berbagai fasilitas lain di resor,
perahu, sandaran kepala kayu ukiran tangan, bak menghidupkan pendekatan arsitektur vernakular
mandi tembaga buatan tangan, dan soft furnishing melalui desain unik maupun metode konstruksinya.
menggunakan pewarna alami. Ho Ren Yung, VP Brand HQ of Banyan Tree,
Para tamu yang belum memiliki rencana bisa mengatakan, “Kami telah memiliki tanah ini lebih dari
mengikuti berbagai kalender kegiatan yang telah dua puluh tahun, dan konseptualisasi Banyan Tree
dikurasi berdasarkan tiga pilar, yaitu berhubungan Escape dimulai sejak lima tahun lalu. Berkat kerja keras
dengan alam, pengalaman penemuan, dan integrasi dan rasa cinta yang mendalam kami senang sekali
dengan komunitas. Mulai dari ritual sehari-hari, hingga akhirnya impian tersebut bisa terwujud. Meskipun
acara kolaborasi dengan praktisi yang didatangkan kami menyebutnya sebagai sebuah ‘escape’ atau
khusus maupun festival budaya lokal menjadi inti dari pelarian, kami berusaha memberikan jalan bagi
brand Banyan Tree. Untuk memastikan kelestarian para tamu untuk hadir, menggali diri, menjadi baru,
lingkungan dan alam sekitar, riset sosiologis, dengan benar-benar berada di sini. Kunang-kunang
arsitektural dan aspek budaya telah dilakukan hingga di kamar pada malam hari, kabut pagi disertai cahaya
radius satu jam dari sekitar properti. Penelitian mentari, akan memberikan perjalanan tiada tanding,
tersebut membantu tim Banyan Tree menciptakan berkomunikasi dengan alam, baik sendiri maupun
pengalaman menarik dan memastikan pengunjung bersama orang lain.” .
88 | | 89