Page 87 - Binder WO 111-001-Tahun ke-11
P. 87
agi seniman, menyampaikan berbagai kisah terlibat justru menggunakan media kaca untuk membuat
dan ekspresi bisa dilakukan dengan banyak karya mereka. Pameran ini diramaikan oleh sejumlah
cara. Salah satunya adalah lewat coretan tinta. pelukis kaca ternama di Tanah Air dan mancanegara.
B Menghadirkan pameran seni lukis yang unik, Seperti Rastika, I Ketut Santosa, Haryadi Suadi, dan
Dia.lo.gue Kemang menggelar ‘Cerita Kaca: Perjalanan Seni lain-lain. Sementara, lukisan-lukisan yang ditampilkan
Lukis Kaca Indonesia’ untuk para pencinta seni lukis di beberapa di antaranya adalah koleksi pribadi para seniman
Indonesia. Tidak menggunakan kanvas, para seniman yang dan sebagian lain merupakan koleksi museum.
Tema ‘Cerita Kaca’ yang dipilih pada pameran kali ini tidak
hanya bertujuan memamerkan karya lukis unik di atas kaca
tapi juga menceritakan bagaimana seni lukis kaca bisa ada
di Tanah Air. Para seniman yang terlibat ingin menyuarakan
kembali semangat pertukaran budaya yang organik dari
seni lukis kaca kepada masyarakat luas. Tema-tema yang
diangkat dalam lukisan pun beragam. Seperti karya lukis
kaca dari Cirebon dan Bali umumnya mengisahkan tentang
pewayangan, ilustrasi Buraq, kuda ajaib dalam tradisi Islam,
pola batik Megamendung, hingga kisah putri-putri masa
lampau. Menurut Hermawan Tanzil, salah satu kurator
pameran, kebanyakan karya seni yang dihasilkan sebelum
tahun 80an memiliki tujuan untuk mendokumentasikan dan
memahami apa yang sedang terjadi pada saat itu.
‘Obral Janji’ karya Hardjo Siswanto alias Maryono
misalnya menampilkan beberapa tokoh pewayangan,
lukisan ini menghadirkan tema kritik terhadap kekuasan.
Bagong yang berada di atas panggung digambarkan
sebagai kaum elit yang tengah memberikan janji-janji
manis saat kampanye. Dia mengatakan dapat memperbaiki
nasib rakyat jika terpilih sebagai pejabat. Namun, rakyat
yang digambarkan dalam sosok Semar, Petruk, Gareng dan
Togog tampak lelah dengan janji dan memilih untuk tidur.
“Penting bagi kami untuk menggambarkan seni kaca
sebagai media yang dapat dibentuk dan melampaui
kerangka waktu tertentu, tradisional dan kontemporer
sekaligus mencerminkan mosaik pengaruh dan gaya
yang diserap media tersebut selama bertahun-tahun,”
tutur Hermawan.
Berlangsung selama dua bulan, pameran ini dibagi
menjadi beberapa zona yang dibedakan dari masa,
tema, hingga asalnya. Salah satunya adalah zona yang
menampilkan keislaman. Tidak hanya itu, ada pula
ruang khusus yang dibuat untuk maestro pelukis kaca
di Indonesia, yakni Rastika. Dia dipilih, karena banyak
memadukan komposisi warna baru yang membedakannya
dengan pelukis kaca sebelumnya.
86 | | 87