Page 165 - migas - JARGAS UNTUK RAKYAT e-mag version
P. 165
LEBIH MURAH, AMAN, DAN BERSIH
Setelah diproses dan untuk siap dijual, gas sebenarnya tidak memiliki
bau. Namun, sebelum didistribusikan, umumnya gas akan diberi bau
dengan menambahkan kandungan thiol ke dalamnya. Ini bertujuan
untuk mendeteksi apabila terjadi kebocoran gas dengan mencium
aromanya. Pemanfaatan gas bumi di Indonesia sendiri telah dimulai
pada beberapa tahun silam. Tepatnya pada tahun 1960-an.
Selain itu, gas bumi juga memiliki potensi lebih tinggi untuk
dikembangkan di Indonesia. Cadangan gas di Tanah Air memiliki
jumlah ketersediaan yang jauh lebih besar daripada minyak bumi.
Terlebih, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Hingga saat ini, ketersediaan minyak bumi terus menipis.
Berkurangnya cadangan minyak bumi ini disebabkan perkembangan
industri otomotif di negara-negara maju yang terbilang begitu pesat.
Selain tingkat produksi, angka pemakaian masyarakat atas
kendaraan berbahan bakar minyak bumi juga begitu tinggi. Termasuk
di Tanah Air sendiri. Untuk itu, penting dilakukan langkah pencegahan
dengan melakukan peningkatan pemanfaatan gas bumi untuk rumah
tangga dan pelanggan kecil. Berkaitan dengan penyediaan gas bumi,
Kementerian ESDM juga berkoordinasi dengan Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
―――――
Target Pembangunan Jargas
Tidak hanya berkonsentrasi dengan kualitas pembangunan jaringan
gas itu sendiri, pemerintah juga harus memenuhi target pengadaan
Jargas kota di tahun 2024 yang diperkirakan sebanyak 3,5 juta hingga
4 juta sambungan rumah (SR). Di sisi lain, berdasarkan Rencana
Umum Energi Nasional (RUEN), pembangunan Jargas rumah tangga
ditargetkan mencapai 4,7 juta sambungan pada 2025.
Pada tahun 2020, pemerintah menargetkan pembangunan
293.533 SR di 54 kabupaten/kota. Jumlah tersebut tergolong besar
◀ 141 ▶