Page 53 - Binder MO 252-008-Tahun ke-20
P. 53
menampilkan tiga rangkaian seri lukisan membangun narasi visual yang selaras mengkombinasikan keduanya, with this
yang menggunakan berbagai medium, dengan pengalaman kita sehari-hari, kind of style,” jelas dara kelahiran tahun
seperti cat minyak, arang, cat akrilik, seolah menekankan bagaimana seluruh 1998 tersebut.
manik, dan sulam. hal besar nan menakjubkan sejatinya Pada akhirnya, Ad Maiora adalah
Mereka mengajak pengunjung untuk adalah himpunan kenangan kecil yang perayaan akan harapan dan kesadaran
merenung dan melihat narasi visual cenderung kita anggap biasa saja. tentang tujuan besar sekaligus bentuk
yang intim dari pengalaman sehari-hari. “Karyaku bercerita tentang penghormatan pada sebuah awal yang
Clasutta menuangkan pengamatan pengalamanku sebagai orang yang sederhana. “Kami bertiga punya satu
dirinya tentang rutinitas di tempat kerja. overthinking. Menurutku setiap orang keinginan yang sama, yakni nama kami
Ia menemukan sisi konyol dari hidup pernah mengalami fase ini dan ini semakin besar, semakin tersampaikan di
yang harus dijalani antara bawahan dan menjadi hal menarik untuk aku share. luar sana,” pungkas Zita. n
atasan yang ia ungkapkan pemikirannya Secara personal style, sebelumnya aku
dalam sapuan cat minyak di atas kanvas. sempat belajar kriya tekstil, dunia craft,
“Aku mengangkat cerita dari dan langsung jatuh cinta. Di sisi lain,
kehidupan sehari-hari yang kukemas aku juga mencintai dunia Lukis. Pada
dalam bentuk komedi. Makanya karyaku kesempatan ini, aku ditantang untuk
ini komedi satir. Inspirasinya sendiri
berasal dari pengalaman pribadiku
sebagai pekerja kantoran dan dari cerita
teman-teman. Menurutku menarik
mengangkat kisah ini, karena terkadang
di tempat kerja kita tidak bisa banyak
beropini, harus taat perintah atasan,
makanya aku ingin melukiskan kata-kata
yang terpendam dariku dan orang-orang,”
papar dara kelahiran tahun 1995 ini.
Dalam karyanya, ia menggunakan
karakter maskot atau hewan.
“Alasannya karena manusia tidak bisa
mengutarakan isi hati secara langsung,
sama seperti hewan yang kita tidak tahu
mereka bicara apa. Itu hanya bisa terlihat
dari ekspresi mereka,” tambahnya.
Sementara, renungan Zita terkait
rasa sepi ia curahkan melalui interaksi
tubuh dengan kanvas, tiap goresan
arang mengubah senda-sendu itu
menjadi kesendirian yang syahdu.
“Karyaku menceritakan perspektif
lain dari kesendirian. Kesendirian
yang kesannya negatif ternyata punya
makna lain, yakni dapat menemukan
kedamaian dan mengenali diriku sendiri.
Aku overthinking tentang banyak hal,
Kak Atreyu Moniaga mendorongku
untuk membuat 500 sketsa. Selama
perjalanan 500 sketsa itu, 400 pertama
aku mulai eksplorasi. Dan di 100 terakhir,
aku dapat style aku,” papar perempuan
kelahiran tahun 1998 ini.
Lalu, Tusita menghadapi kegaduhan
pikirannya – setiap warna dan sapuan kuas
| 53