Page 65 - Binder WO 117-007-Tahun ke-10
P. 65
Acara ini berpusat di sekitar Kyoto dan Kuil Yasaka
yang berlokasi di distrik Gion, Jepang. Tiga malam
sebelum upacara puncak, jalan-jalan di Kyoto akan dihias
sedemikian rupa dengan lampu warna-warni. Turut
diputar pula musik-musik tradisional yang membuat
suasana semakin meriah. Di momen ini, kita juga bisa
melihat masyarakat lokal yang berkegiatan dengan
menggunakan Yukata. Tidak hanya itu, kendaraan hias
juga telah disiapkan masyarakat dan dipajang di tepian
jalan. Terdapat dua jenis kendaraan hias di Hita Gion
Matsuri ini, yakni yama dan hoko. Untuk hoko bisa
mencapai ketinggian 25 meter dan berat 12 ton. Pada
bagian atasnya, terdapat menara menjulang yang di
ujungnya terdapat hoko atau katana dengan mata di
dua sisinya. Sementara, Yama merupakan kendaraan
besar dari kayu dengan hiasan megah yang dijalankan
dengan cara ditarik banyak orang. Hiasan kendaraan
(kenshōhin) pada Yama umumnya berupa benda-benda
keagamaan dan seni. Baik yama maupun hoko memiliki
dekorasi mendetail dan dihiasi kerajinan tangan yang
sangat indah, seperti kain tenunan, potongan kain yang
diwarnai, dan patung. Untuk menghibur para wisatawan
lokal dan mancanegara yang hadir, kendaraan hias
tersebut akan bergantian diangkat dan diayunkan dari
sisi ke sisi pada hari sebelum malam puncak tiba.
Didekor dengan lampion dan ornamen tradisional,
kendaraan-kendaraan hias tersebut akan dibawa
berkeliling saat malam puncak. Ada lebih dari 30 kendaraan
yama dan hoko yang dipamerkan dan mengikuti parade. Di
antara sekian banyak hoko, Naginatahoko merupakan satu-
satunya hoko yang berisi Chigo (anak laki-laki berusia 10
tahun yang menggunakan riasan tebal), sedangkan pada
hoko yang lain diisi dengan boneka anak laki-laki. Selain
itu, Naginatahoko juga merupakan hoko paling penting di
festival ini dan tidak boleh dinaiki oleh perempuan.
Setelah upacara selesai, yama dan hoko dikembalikan
ke lokasinya masing-masing untuk segera dibongkar dan
disimpan di gudang. Konon, jika kendaraan-kendaraan
tersebut harus segera dibongkar, agar tidak menularkan
kembali wabah mematikan yang pernah ada. Selain
prosesi parade tersebut, ada juga prosesi masyarakat akan
membawa mikoshi (kuil yang bisa dibawa ke mana pun)
berkeliling melalui jalan-jalan umum. Menurut kepercayaan
masyarakat setempat, upacara ini dapat membantu
menyucikan jalan dan membawa keberuntungan.
64 | | 65
10/08/24 17.04
64-65 Culture & Festive.indd 65 10/08/24 17.04
64-65 Culture & Festive.indd 65