Page 95 - Binder WO 092
P. 95
etika menentukan lokasi liburan, kita sering kali
tergoda dengan kisah teman yang baru pulang
pelesiran dari luar negeri. Cerita keindahan
K panorama desa, kemudahan akses transportasi,
dan eksklusivitas menjadi situasi dambaan. Adakalanya kita
menginginkan pelayanan liburan yang memanjakan, sekaligus
menikmati kearifan lokal setempat. Di sisi lain, dilema kerap
menyergap ketika ingin mengeksplorasi keeksotisan pelosok
negeri yang mengundang decak kagum.
Salah satu alasan berpikir ulang traveling ke sana adalah
faktor waktu perjalanan dan sulitnya transportasi. Belum pula,
kenyamanan infrastruktur dan tempat menginap yang tersedia.
Secara bertahap, sejak satu dekade silam, pemerintah sebagai
regulator berbenah untuk meratakan pembangunan pariwisata
dari ujung barat hingga timur Indonesia. Pihak swasta maupun
media turut memopulerkan keragaman destinasi liburan ini.
Banda Neira salah satu magnet wisata di timur Indonesia yang
diangkat keistimewaannya. Dalam hal budaya, sejarah, maupun
Sejarah juga mencatat tokoh-tokoh nasional, seperti
alam tak kalah memikat dibandingkan tempat wisata yang
Bung Hatta, Sutan Syahrir, Syafruddin Prawiranegara,
sudah populer di mata dunia. Tak ada kata terlambat untuk
dan dr. Cipto Mangukusumo pernah diasingkan di sini.
mengunjungi pulau yang identik dengan sosok bapak koperasi
Pemerintah kolonial Belanda beranggapan dengan
Indonesia, Mohammad Hatta.
mengucilkan mereka dapat meredam perjuangan
WISATA SEJARAH Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Rumah
pengasingan tersebut dijuluki Om Kacamata, karena
Berada di daerah administratif Kabupaten Maluku Tengah,
ciri khas yang melekat pada sosok wakil presiden
Provinsi Maluku, Banda identik dengan penghasil rempah-
Republik Indonesia pertama tersebut. Meja, bangku,
rempah, terutama pala dan cengkeh. Tak mengherankan, pada
dan papan tulis yang dipakai masyarakat pribumi
masa pemerintahan Hindia-Belanda, pulau seluas 44 km ini
ketika sekolah sore bersama Bung Hatta masih berada
dijadikan pusat perdagangan rempah-rempah di Indonesia
di tempatnya.
bagian timur. Bahkan, menjadi rebutan antara Belanda dan
Portugis pada waktu itu.
Salah satu bukti sejarah yang masih tegak berdiri adalah
Benteng Belgica. Dibangun pada 1611 oleh Pieter Both dan
diperbesar oleh Gubernur Jenderal VOC Jan Pieter Zoon
Coen yang terletak di atas bukit. Dari sana, kita dapat melihat
keindahan pulau Gunung Api maupun Banda Besar.
Ada pula rumah tempat tinggal pejabat VOC yang dijuluki
masyarakat setempat sebagai istana mini, karena bentuknya
menyerupai Istana Merdeka di Jakarta. Di halaman istana
terdapat patung Willem III, yaitu Raja Belanda yang memerintah
pada 1849-1890. Patung berbahan perunggu tersebut adalah
sebagai wujud perayaan 25 tahun masa jabatannya. Hingga
saat ini, masih berdiri kokoh sebagai salah satu histori Belanda
di Banda. Kita bisa mengunjungi kedua lokasi tersebut dengan
berjalan kaki ataupun menggunakan jasa ojek yang disediakan
oleh penduduk setempat.
94 | | 95