Page 52 - Binder WO 096
P. 52
ON HER
WAY
MELIE INDARTO
FOUNDER & DIRECTOR KAIN INDONESIA (KAIND)
BERDAYAKAN
KOMUNITAS LOKAL
Naskah: Nur Asiah Foto: Edwin Budiarso
KERESAHAN TERBESARNYA KETIKA ITU
ADALAH KURANGNYA REGENERASI PARA
PEMBATIK DAN PENENUN PASURUAN.
erawal dari sebuah komunitas kecil di permasalahan-permasalahan seperti ini dalam dunia
Desa Purwosari, Pasuruan, Jawa Timur, tekstil di Indonesia. Kita belum mampu mempunyai
Melie Indarto berhasil membangun Kain kemandirian serat sutra. Sekitar 95% serat sutra yang
B Indonesia (KaIND) sebagai UMKM beromset digunakan dalam industri dalam negeri masih diimpor
cukup besar. Terdiri dari anak-anak muda dengan dari luar. Jadi, bisa dibilang kita lumpuh,” ujarnya.
berbagai latar belakang, tanpa basic sama sekali di
bidang menenun atau membatik dan kini terdapat KEMBANGKAN BISNIS BERKELANJUTAN
sekitar 25 orang yang menjadi motor penggerak bisnis Kegelisahan Melie terhadap masa depan para
yang fokus pada sustainability ini. Tantangan dalam petani ulat sutra muncul dari fakta bahwa negeri
menyamakan visi dan misi bukan hal yang mudah kita menyediakan segala macam jenis pakan yang
dilalui pada tahun-tahun pertama berdiri. Begitu pula dibutuhkan. Menurutnya kita tinggal memikirkan
dalam menjawab keresahan-keresahan yang dialami bagaimana bisa menciptakan sistem dengan man
perempuan yang lahir dan besar di Pasuruan ini. power yang tepat dan berbudidaya secara etis, supaya
Kekhawatiran terbesarnya ketika itu adalah kita tetap menjaga keharmonisan dengan lingkungan.
kurangnya regenerasi para pembatik dan penenun Sayangnya tidak banyak yang melirik potensi ini untuk
Pasuruan. Anak-anak muda kehilangan minat untuk dikembangkan lebih jauh.
melestarikan budaya yang diwariskan turun-temurun. “Saya melihat budidaya sutra eri di Pasuruan ini bisa
Dalam 20 tahun terakhir jumlah penenun di Pasuruan menjadi solusi nasional. Dengan menerapkan prinsip
telah berkurang sampai 90%. Dia gelisah skill itu akan ethical farming, kita juga mampu membudidayakan
hilang jika tidak dilestarikan. Belum tuntas dengan sutra eri secara etis, yaitu tanpa membunuh pupa di
keresahan tersebut, muncul kegalauan lainnya mengenai dalam kepompong. Jadi pupa tetap hidup dan bisa
nasib para pembudidaya ulat sutra yang ditemuinya. bermetamorfosis sempurna. Dari dua hal yang kami
“Saya ingat pernah dibawa kedua orangtua lakukan di Pasuruan ini semoga tantangan-tantangan
berkunjung ke sebuah rumah sutra. Core memory lokal maupun nasional bisa terjawab pelan-pelan,”
saat melihat ribuan ulat sutra yang diternakkan itu ungkapnya dengan bersemangat saat membicarakan
masih tersimpan. Saat dewasa saya ingin berkunjung tentang praktik-praktik produksi ramah lingkungan.
lagi ke rumah sutra tersebut, ternyata sudah Melie merasa seolah dirinya dituntun semesta, dari
gulung tikar. Dari situ saya baru tahu ternyata ada satu perjumpaan dengan seorang pembatik dia
52 |