Page 42 - Binder WO 111-001-Tahun ke-11
P. 42
ON HER
WAY
JENNY YOHANA KANSIL
DESAINER & PENDIRI INSTITUTO DI MODA BURGO INDONESIA
LIVING LIVE
WITH PURPOSE
Naskah: Nur Asiah | Foto: Fikar Azmy
“MEMBUKA SEKOLAH FASHION ITU BUKAN TANPA RISIKO,
TAPI SAYA PERCAYA BAHWA ADA TUHAN YANG AKAN
MELINDUNGI DAN MEMBANTU SAYA.”
erawal dari sebuah butik di mal di Surabaya, sesuatu yang biasa dilakukannya, meskipun harus sering
Jenny Yohana Kansil mulai menekuni meninggalkan buah hati semata wayangnya.
passion-nya di dunia fashion. Tidak tanggung-
B tanggung, dia pun rela meninggalkan bidang MENJADI PEMIMPIN ANDAL
finance yang telah digelutinya selama 13 tahun dan Pada 2011, masa awal berdiri Burgo Indonesia, Jenny
mengincar sekolah mode internasional untuk menggali terjun sendiri merekrut personel untuk jajaran manajemen.
pengetahuan lebih dalam. Meskipun, banyak orang Dia mengakui waktu itu bahkan merekrut guru tanpa
menganggap Paris sebagai kota mode dunia, Jenny memperhatikan kemampuan manajerial, karena ada
justru memilih Milan sebagai tempat menimba ilmu. bagian administrasi yang membantu, padahal hal
Perhatiannya tertuju pada Instituto di Moda Burgo (IMB) tersebut ternyata sangat dibutuhkan. Baru pada 2018
Milan yang menurutnya berbeda dengan kebanyakan dia membentuk tim human resources department (HRD),
sekolah fashion lainnya, karena menampilkan progress hasil dan akhirnya bisa menentukan benefit karyawan, paket
karya murid-muridnya. karyawan, hingga jenjang karier mereka.
Di sana pula Jenny berkenalan dengan Fernando “Kemampuan manajerial adalah sesuatu yang harus
Burgo, sang pendiri sekolah, yang menciptakan metode saya pelajari ketika memulai Burgo Indonesia. Di sisi
pengajaran Burgo dengan kurikulum desain dan pattern lain, saya juga sudah memiliki prinsip yang jelas. Saya
tersendiri. Dia juga yang mendorong Jenny untuk harus menjadi seorang leader, bukan sekadar petinggi,”
membuka cabang Burgo di Indonesia, karena besarnya ungkapnya. Dia merasa awalnya seringkali bertindak
peminat dari Tanah Air. “Membuka sekolah fashion itu sebagai petinggi daripada seorang leader. Misalnya, dalam
bukan tanpa risiko, tapi saya percaya bahwa ada Tuhan mengarahkan karyawan. Dulu dia hanya berpikir bahwa
yang akan melindungi dan membantu saya,” kenangnya yang terpenting tim melakukan tugas yang dimintanya.
akan tahun pertama mendirikan sekolah. Kemudian dia tersadar bahwa menjadi seorang pemimpin
Tidak hanya di Jakarta dan Milan, dalam mengejar tidaklah sesederhana itu.
mimpinya Jenny juga bersekolah di Central Saint Martins Dia terus berupaya menjadi pemimpin yang baik
dan London College of Fashion di London, serta di Nuova dan belajar dari banyak orang. Dari temannya yang
Academia di Belle Arti. Perjalanan ke luar negeri menjadi memimpin sebagai seorang coach, dia belajar pentingnya
42 |