Page 55 - Binder WO 118-008-Tahun ke-10
P. 55
gelisah, takut ‘tertinggal’, takut ‘tidak dilibatkan’ karena FoMO menggambarkan kekhawatiran akan ketinggalan
tidak mengetahui sesuatu telah terjadi. pengalaman atau kesenangan yang dinikmati oleh orang
FoMO muncul karena naluri sosial manusia yang lain tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa FoMO
ingin diterima dalam kelompok dan pengaruh budaya bukan sekadar perasaan sementara, melainkan kondisi
yang memprioritaskan kesenangan instan, sehingga psikologis yang dapat memengaruhi kesehatan mental
individu sering kali terjebak. Dalam siklus perbandingan secara signifikan.
dan tekanan sosial berkelanjutan, sehingga perasaan Dampak dari FoMO ini bisa bervariasi, mulai dari
gelisah dan tertekan pun dapat muncul. Perasaan perasaan cemas, tidak aman, hingga penurunan
produktivitas. Terlalu banyak informasi juga dapat
menyebabkan kelelahan mental dan kesulitan fokus.
Mengatasi FoMO bukanlah hal yang mustahil. Langkah
pertama adalah menyadari akar permasalahan yang
memicu perasaan ini, seperti perbandingan diri dengan
orang lain atau tuntutan sosial yang tidak realistis. Selain
itu, mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial bisa
menjadi solusi praktis. Fokuskan energi pada aktivitas yang
lebih produktif dan bermanfaat.
Menurut Patrick McGinnis, author buku “FoMO—Fear
of Missing Out: Bijak Mengambil Keputusan di Dunia
yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan”, menghargai
momen saat ini dan mensyukuri pencapaian kecil yang
telah diraih juga dapat membantu mengatasi FOMO.
Latihan kesadaran diri melalui journaling atau meditasi
bisa membantu seseorang untuk lebih memahami dan
mengelola perasaan. Selain itu, melakukan kegiatan yang
menyenangkan seperti membaca buku, berolahraga, atau
menghabiskan waktu dengan orang terdekat dapat
menjadi alternatif yang baik.
Sebagai pilihan, pertimbangkan untuk
mengadopsi JOMO atau Joy of Missing Out.
JoMO mendorong untuk menikmati momen-
momen sederhana dan menghargai
apa yang dimiliki saat ini. Dengan
pendekatan ini, hidup bisa menjadi
lebih tenang dan memuaskan.
“Mengatasi FoMO melibatkan
kemampuan untuk menghargai
apa yang ada sekarang dan
menemukan kebahagiaan
dalam diri sendiri,” ungkap Dr.
Maria S. Alvadi, psikolog klinis.
Hidup ini terlalu singkat untuk
terus-menerus merasa tidak
cukup. Mengadopsi mindset
JoMO bisa menjadi langkah
menuju hidup yang lebih
damai dan bahagia.
54 | | 55
30/09/24 20.52
54-55 Psychology Talk.indd 55
54-55 Psychology Talk.indd 55 30/09/24 20.52