Page 98 - Teh DETE
P. 98
ini, maka baik koperasi maupun UMKM harus bisa menerapkan model
pengembangan bisnis baru, tanpa mengubah jati dirinya sebagai
penggerak ekonomi yang berasaskan kekeluargaan.
Koperasi memang mencari keuntungan, tapi bukan dimaknai untuk
berorientasi pada mengejar keuntungan semata bagi investornya, seperti
pada perusahaan yang cenderung menerapkan konsep ‘investor driven’.
Melainkan, ada unsur kepentingan mengejar manfaat bagi seluruh pihak
termasuk bagi pemasok, pekerja, dan bahkan konsumennya. Pada masa
pandemi ini, pemerintah sudah memetakan bisnis koperasi yang terkena
imbas. Tiga kelompok usaha koperasi paling terdampak pandemi menurut
data pemerintah, adalah Koperasi Simpan Pinjam (41%), Koperasi
Konsumen (40%), dan Koperasi Produsen (10%). Permasalahan utama
yang dihadapi koperasi di masa pandemi Covid-19 adalah permodalan
(47%), penjualan menurun (35%), dan produksi terhambat (8%).
PENGUATAN DIGITALISASI
Melihat koperasi terimbas akibat wabah Covid-19, para penggiat koperasi
di berbagai daerah harus bisa mengubah strategi pemasaran. Misalnya,
dengan penguasaan teknologi digital. Karena fakta menunjukkan bahwa
mereka yang terhubung ke dalam ekosistem digital lebih memiliki daya
tahan di tengah pandemi. Dalam mengembangkan koperasi di Indonesia,
digitalisasi koperasi menjadi sangat penting, terutama koperasi yang
bergerak di pedesaan, dari sekarang harus mulai menjalankan bisnisnya
melibatkan teknologi digital.
Pasalnya yang perlu ditekankan dalam usaha mengembangkan koperasi
dan UMKM adalah pada 2030 mendatang, Indonesia menjadi negara
dengan bonus demografi terbesar di Asia Tenggara. Jumlah usia produktif,
yakni penduduk berusia 15 hingga 64 tahun yang dominan. Peluang
tersebut tidak akan memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan
84