Page 22 - Binder MO 233
P. 22
■ THE STORY
dan tabungan, Ofed pun berkompetisi
di wilayah yang sama sekali tidak dia
kenal. Dia mulai dengan merekrut tim
pemenangan, saksi-saksi juga untuk
mengawal proses pemungutan suara,
sosialisasi dan personal branding, lalu
menggelar berbagai pertemuan. Walhasil
2 miliar rupiah sudah habis untuk itu
semua. Namun di akhir pemilihan, dia
harus tersingkir. “Saya habis Rp 2 miliar
untuk kampanye kemarin,” ungkap Ofed
yang kemudian kapok dan tidak lagi
maju dalam Pemilu tahun 2024.
Rekan Ofed yang sama-sama maju
dalam Pileg 2014 di salah satu Dapil Jawa
Tengah bahkan sampai mengeluarkan
dana sekitar Rp5 miliar. Dana itu sebagian Ya, maju sebagai caleg memang besar kemungkinan biaya yang telah
besar digunakan untuk memasang membutuhkan dana besar. Jika dikeluarkan akan menguap begitu saja
baliho-baliho berukuran besar. “Tapi biaya itu dianggap sebagai investasi, saat perolehan suara minim. Sementara
dengan biaya sebesar itu, dia tetap kalah,” maka itu masuk dalam kategori itu untuk return, dalam politik memang
jelas Ofed dengan senyum getir. high risk. Dikatakan high risk karena susah diukur.
# ANTARA DANA DAN INTEGRITAS
Pernah dalam diskusi “Memotret Ihwal caleg duafa ini tak hanya diakui memberatkan salah satu pihak dalam
Komunikasi Politik Para Caleg Menuju Bondan. Ketua umum Partai Gelora, pemilu 2024 mendatang. “Artinya begini,
Pemilu 2014” di Jakarta, Rabu 12 Maret Anis Matta juga mengampanyekannya. semua masyarakat, semua kader, itu
2014, pengamat kuliner, Bondan “Kaum dhuafa jadi Caleg dijamin akan punya kesempatan yang sama,” jelas Iti.
Winarno melontarkan pengakuannya membuat perubahan,” tegas Anis. dalam Lalu, mampukah caleg yang hanya
bahwa ketika dia maju sebagai caleg konsolidasi Partai Gelora di Polewali memiliki “fulus” pas-pasan bahkan tak
dari partai Gerindra pada Pemilu 2014 Mandar, Sulawesi Barat (28/2). bisa dikatakan cukup, mampu memacu
ia adalah caleg duafa. Merujuk pada Mengapa kaum dhuafa jadi caleg kecepatan dan menyaingi caleg yang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Partai Gelora, bukan orang kaya? “Karena memiliki modal yang melimpah? Tentu
duafa berarti orang-orang lemah secara saya ingin membuat perubahan,” masih relatif menjawabnya. Peluang
ekonomi. Karena itu dia mengaku ujarnya. Bagi Anis, perubahan dapat terpilih bagi caleg duafa juga belum
tak mengeluarkan dana besar untuk dimulai dengan memberi kesempatan sepenuhnya tertutup. Tapi yang pasti
kampanye. Dia hanya merogoh Rp400 pada kaum dhuafa menjadi Caleg, “Kalau caleg duafa harus punya modal lain
juta dari kocek pribadinya untuk maju saya pilih orang dengan modal besar, yakni kaya akan gagasan dan integritas.
sebagai calon legislatif Partai Gerindra lalu apa perubahan yang saya buat,” Gagasan itulah optimisme yang perlu
Daerah Pemilihan DKI Jakarta II. ujarnya seperti dikutip katalogika.com. ditonjolkan dan dimassifkan menembus
Dengan modal terbatas itu, Bondan Sementara di Banten, Ketua pikiran dan menyentuh hati pemilih.
memilih berkampanye dengan cara DPD Demokrat Banten Iti Octavia Gagasan adalah kekuatan utama. Politik
‘menjemput bola’, yakni menemui Jayabaya tidak memberatkan para gagasan bisa menjadi pembeda dan
masyarakat pemilih saat car free day caleg duafa dari partainya untuk maju. memberi warna serta harapan bagi
berlangsung. “Saya ini caleg dhuafa, Partai pimpinan AHY itu memberi pemilih ditengah suramnya wajah
duit tidak banyak. Di car free day, saya kesempatan bagi caleg duafa untuk parlemen kita. Momentum ini harus
bagi-bagi goody bag, dan mereka bilang ikut berkontestasi dalam pemilu 2024 direbut bagi caleg yang kaya gagasan,
kok nggak ada amplopnya. Bukan saya mendatang. Sedangkan masalah biaya, tawarkan dan cerahkan mindset
takut, tapi saya tidak punya uang,” ujar dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat kita. Tunjukkan cara dan
Bondan. para caleg lainnya. Sehingga tidak pendekatan berpolitik yang seharusnya.
22 |