Page 55 - Binder MO 254-010-Tahun ke-20
P. 55
Kusukusu II” ditampilkan di Teater Terinspirasi dari Komodo sedikit. Bersama kelima penarinya, yakni
Salihara, kompleks Salihara Arts hingga Alam Papua Akbar Bare, Dedi Dedo, Kuno Ortek,
“ Center, Jakarta. Lima penari dari Tarian Kusukusu II terinspirasi dari Piank Mbeke, dan Pythos Haris, mereka
Animal Pop Family menyuguhkan karya suasana alam Papua yang artinya harus melihat dan merekonstruksi tubuh
tari yang memukau, meniru gerakan rerumputan yang bercampur atau agar dapat merekam gerakan-gerakan
tertentu dari hewan. ‘semak belukar’. Gerakan binatang binatang tersebut.
Tak hanya gerakan, karya ini juga menjadi tolok ukur koreografi untuk “Pertama, kami meniru gerakan-
dibangun lewat musik yang diciptakan memberikan pengalaman yang magis. gerakan binatang. Jadi tubuh saya
sendiri oleh para penari lewat hentakan Koreografer asal Papua itu menyalin rusak. Maksudnya rusak dalam arti harus
kaki di lantai, suara desis hingga riuh suara burung, deburan ombak, benar-benar sesuai gerakan binatang
percakapakan yang sebagian besarnya keheningan malam, dan gesekan daun tersebut. Setelahnya, kami masukan
tak bisa terdengar jelas, namun menjadi yang seakan menghiasi langkah setiap spirit-spirit binatang itu yang menjadi
bagian penting dari karya tersebut. penari. akumulasi dari proses tadi,” jelasnya.
Menariknya lagi, sesekali muncul Lewat Kusukusu II, penonton
celetukan-celetukan para penari yang merasakan suasana memancing ikan Orde Seni Baru
acapkali memancing gelak-tawa dan orang bersenda gurau, menyerupai SIPFest 2024 diantarkan oleh pendiri
penonton, seperti “hai” atau “paket”. tingkah laku hewan yang main dan Salihara, Goenawan Mohamad dengan
Pertunjukan berdurasi satu jam berebut makanan. pidato singkat sebelum pertunjukan
durasi tersebut sukses membuat Pemilihan lima orang penari dalam pertama. Sembari menyentil penguasa
penonton berdecak kagum. Terlebih pertunjukan ini menurut Jecko juga dan politik, sosok yang kerap disebut GM
ketangguhan para penari yang tak kenal bukan tanpa alasan. Lima orang penari itu merefleksikan SIPFest sebagai wujud
Lelah untuk terus bergerak dengan tersebut merupakan idiom dari jumlah kerja serius untuk memajukan seni,
hentakan-hentakan keras di lantai, patut jari komodo, yang konon jika jumlah seperti yang digerakkan oleh Gubernur
diapresiasi. jari mereka lima tidak terlalu ganas. Ini DKI Jakarta Ali Sadikin pada era 1960-an
berbeda dengan komodo yang berjari silam.
empat. Sementara, Direktur Festival
Dari segi proses, Jecko mengungkap Nirwan Dewanto mendeskripsikan
untuk dapat membuat koreografi ini SIPFest sebagai jendela untuk melihat
juga membutuhkan waktu yang tidak karya-karya pertunjukan terbaik
hari ini, berangkat dari kurasi ia dan
rekan-rekannya di Salihara. Karya
seni yang baik, katanya, adalah yang
memerdekakan. Kemerdekaan itulah
yang jadi nilai kunci pada karya-karya
yang dihadirkan dalam SIPFest 2024,
Kemerdekaan memberi keleluasaan
seniman untuk mencipta, membawa
bentuk-bentuk baru, serta memancing
percakapan seni yang baru, seperti yang
dipertunjukkan lewat karya “Kusukusu
II”. Semangat itu dijalin lewat tema
“Orde Seni Baru”, tajuk yang sekaligus
merespon banalitas dalam orde politik.
“Kusukusu II” ditampilkan dalam
dua sesi pertunjukan, yakni 3-4 Agustus
2024. Setelahnya, SIPFest 2024 akan
berlanjut dengan 12 lagi pertunjukan
lainnya hingga akhir bulan nanti,
dipersembahkan oleh para seniman
dari Indonesia dan mancanegara. Para
penampil mendatang di antaranya
CCOTBBAT dari Korea Selatan, Chong
Kae Yong & Ensemble Studio dari
Malaysia hingga Teater Koma. n
| 55