Page 70 - Binder WO 084
P. 70
ART
TALK
i situasi pandemi Covid-19 seniman lukis
SEMAR Dsebagai penanda banyak hal di masa
ekspresif Soehib Toyaroja menggelar
pameran tunggal ‘Semar Ngruwat Jagad’
seperti sekarang ini. Pameran diselenggarakan dengan
NGRUWAT standar protokol kesehatan yang ketat di Restoran
Galeri Kunstkring, Menteng, Jakarta beberapa waktu
lalu. Menampilkan karya-karya berupa penegasan atas
konsistensi maupun kesetiaannya memotret realita
JAGAD sosial dalam perspektif spiritualitas.
Semar, representasi filosofi, budaya, dan nilai
luhur yang menggambarkan dinamika manusia
beserta Sang Maha. Mewarisi refleksi nilai budaya
melalui pewayangan, mengatasi sekat perbedaan
Naskah: Elly Simanjuntak Foto: Dok. Sohieb Toyaroja manusia, harmoni antara manusia dan alam, termasuk
kepatuhan manusia menaati maupun menjalankan
ajaran Tuhan. Pesan sekaligus makna hidup yang kuat
sering ditampilkan dengan canda, setiap masalah yang
merasuki roh dan jiwa diperbaharui. Pria kelahiran
Kediri, Jawa Timur, 15 Maret 1968 ini merasa terpanggil
untuk menyuarakan situasi saat ini melalui karya-karya
teranyarnya. Berfokus pada tema ‘Semar Ngruwat
Jagad’ atau Semar Meruwat Semesta, Sohieb melukis
sosok dan wajah semar, yang dihasratkan sebagai
‘medium’ untuk melantunkan doa-doa bagi semesta,
agar aman, damai, sentosa, selamat, bagi penghuninya.
Dari petualangan spiritualnya, dia sampai pada
pengertian: jagad yang muram dan penuh guncangan
ini perlu diruwat oleh Semar. Pengertian ini tetap
menempatkan diri sebagai tempat dan posisi untuk
memulai, meruwat diri sendiri terlebih dahulu, baru
kemudian dapat meruwat yang lain. Wajah semar,
terutama dalam sosok ‘manusia wayang’ (bukan sosok
dalam wayang kulit) dengan berbagai pose dihadirkan,
sebagian besar berfokus pada pandangan dekat
pada bagian wajah. Semar-Semar dalam tangkapan
Sohieb adalah yang tengah beraktivitas ditunjukkan
melalui adegan: menggelar sesaji, menapaki jejak,
bercermin, main catur, atau main panko (dengan
Togog, punakawan yang mengawal pihak pecundang).
Dengan gestur tangan seperti isyarat menasihati,
merenung, sedih, duka, atau berdoa maupun sesaji.
Karya-karyanya merupakan untaian harapan untuk
perbaikan diri maupun semesta. Karena itu, dalam
utopianya, disebut sebagai ‘Semar Ngruwat Jagad’
merupakan upaya membebaskan diri dari sukerta,
70 | | 71