Page 83 - Binder WO 087
P. 83
ayasan Cemara Enam bekerja sama dengan Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kemendikbudristek, dan Galeri Nasional Indonesia
menggelar Pameran Indonesian Women Artists #3: Infusions Into
Y Contemporary Art. Pameran yang berlangsung belum lama silam ini
dikuratori oleh tiga perempuan hebat yang telah memiliki kompetensi di bidangnya
dan lebih dari 25 tahun berkiprah di dunia seni rupa. Mereka adalah Carla Bianpoen,
seorang jurnalis perempuan senior; Inda Citraninda Noerhadi, Ketua Yayasan Cemara
Enam & Direktur Cemara 6 Galeri-Museum; dan Citra Smara Dewi, akademisi seni
rupa yang sekaligus merupakan salah satu Kurator Galeri Nasional Indonesia.
Pameran Indonesian Women Artists #3: Infusions Into Contemporary Art ini
menampilkan 32 karya yang terdiri dari seni lukis, seni patung, instalasi, new media,
hingga performance. Peserta pameran ini adalah Arahmaiani (1961), Bibiana Lee
(1956), Dolorosa Sinaga (1952), Dyan Anggraini (1957), Indah Arsyad (1965), Melati
Suryodarmo (1969), Mella Jaarsma (1960), Nunung WS (1948), Sri Astari Rasjid (1953),
dan Titarubi (1968). Mereka adalah sepuluh perempuan perupa profesional yang
telah berusia di atas 50 tahun.
Dalam catatan kuratorial pameran disebutkan, isu tentang usia dan kreativitas
membuat orang bertanya mengapa para kurator pameran ini memilih untuk
menonjolkan para perupa senior. Apakah kreativitas ditentukan oleh usia?
Pertanyaan ini telah menarik sebuah penelitian ilmiah selama lebih dari seabad.
Kenyataannya, sebuah studi empiris mengenai isu ini pernah dipublikasikan
pada tahun 1835. Ternyata benar bahwa peneliti atau psikolog yang mempelajari
pencapaian kreatif dalam siklus kehidupan secara umum, menemukan bahwa puncak
kreativitas seseorang berada di antara usia pertengahan hingga akhir 30-an tahun
atau di awal 40-an. Namun, studi lanjutan menemukan bahwa puncak kreativitas
seseorang sangat bervariasi dan studi lainnya menemukan bahwa puncak kreativitas
tersebut bisa muncul di usia berapa pun. “Luar biasanya adalah para perupa terpilih
ini nyatanya terus mengalami puncak demi puncak kreativitas, dan tidak terbayang
berapa puncak lagi yang akan dicapai,” ungkap Carla Bianpoen.
Ditambahkan Inda C Noerhadi, sepuluh perupa tersebut dipilih atas
pertimbangan konsistensinya dalam berkarya dengan capaian artistik yang sangat
tinggi, baik secara gagasan, konseptual, maupun kekuatan visual. “Pameran ini
merupakan wujud upaya dan komitmen untuk mengangkat kontribusi perempuan
perupa Indonesia dalam peta perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia,”
tambah Indah dengan nada bersemangat.
Sementara menurut Citra Smara Dewi, pameran ini menjadi sangat penting
dicatat. Karena selain menampilkan karya-karya perempuan perupa yang memiliki
karakter sangat kuat, juga turut menyusun lini masa perkembangan seni rupa yang
melibatkan peran perempuan, baik individu maupun kelompok. “Lini masa tersebut
merupakan kajian yang sangat komprehensif melibatkan tim khusus dari IVAA.
Terdapat ruang khusus yang menampilkan hasil kajian, baik berupa video maupun
arisp-arsip seperti katalog, buku, dan dokumen sezaman,” ujar Citra. Kepala Galeri
Nasional Indonesia, Pustanto mengatakan, Pameran Indonesian Women Artists #3
bukan hanya sekadar menguatkan narasi kehebatan sosok perempuan, dalam hal ini
khususnya di bidang seni rupa, melainkan juga menegaskan kehebatan sosok para
perupa Indonesia yang tak kalah di dunia internasional.
68 | | 69