Page 71 - Binder WO 114-004-Tahun ke-10
P. 71

MEMERDEKAKAN DIRI

                      DARI NAGA SERAKAH

                      PENGERUK EMAS



                      Naskah: Indah Kurniasih | Foto: Teater Koma
                      SELAIN MENYIKSA, NAGA BESERTA

                      TIGA BIAWAK JUGA KERAP MENGERUK
                      KEKAYAAN ALAM SEPERTI EMAS,

                      TIMAH, HINGGA MERUSAK BERAGAM
                      PEPOHONAN. DIKATAKAN, NAGA
                      MERUPAKAN PESURUH BAGI ORANG-

                      ORANG KULIT PUTIH.


                               embali menghadirkan karya terbaru, Teater
                               Koma bersama Bakti Budaya Djarum Foundation
                               menampilkan pertunjukan bertajuk “Matahari
                      K Papua: Saatnya Merdeka dari Naga”. Lakon ini
                      merupakan salah satu naskah terakhir Norbertus Riantiarno
                      atau biasa dipanggil Nano Riantiarno (Alm). Produksi ke-230
                      ini amat berkesan bagi Teater Koma, karena selain menjadi
                      pertunjukan dari naskah terakhir, Matahari Papua pun
                      diselenggarakan berdekatan dengan hari lahir sang penulis,
                      yakni 6 Juni.
                         Berlatar di wilayah Kamoro, Papua, lakon ini mengisahkan
                      seorang pemuda bernama Biwar yang tumbuh dewasa di
                      bawah asuhan ibunya, Yakomina. Sementara, ilmu bela diri   bertekad balas dendam kepada Sang Naga, karena selalu
                      dan makna-makna kehidupan diilhaminya dari Dukun Koreri,   menindas, meneror, dan menyulitkan warga Papua. Dia pun
                      seorang dukun terpandang yang sangat disegani. Suatu hati,   menghampiri Dukun Koreri ke dalam gua dan menampaikan
                      saat sedang mencari ikan, Biwar menolong Nadiva, gadis dari   keinginannya untuk membinasakan Naga. Sang dukun pun
                      Dusun Mimika di Selatan. Nadiva mendapat serangan dari Tiga   mengatakan, “Kita harus mengalahkannya dan mengusirnya
                      Biawak, monster jahat yang mampu bicara Bahasa manusia dan   kembali ke alamnya. Meski, saat nanti kemerdekaan tiba,
                      merupakan anak buah Naga peneror tanah Papua.          sebagian dari kita akan tetap sengsara baik jiwa maupun
                         Sesampainya di rumah setelah berhasil mengalahkan   raga. Sebab musuh kita bukan hanya Naga.”
                      Tiga Biawak, Biwar pun lantas bercerita kepada Yakomina.   Selain menyiksa, Naga beserta Tiga Biawak juga kerap
                      Mendengarnya, sang ibu justru mengisahkan memori       mengeruk kekayaan alam seperti emas, timah, hingga merusak
                      pahit tentang ayah dan tiga paman Biwar yang ternyata   beragam pepohonan Papua yang sangat indah. Dikatakan,
                      tewas dibunuh Naga. Saat itu, Yakomina bersama sang    Naga merupakan pesuruh bagi orang-orang kulit putih.
                      suami dan ketiga kakak laki-lakinya tengah mencari ladang   Sebenarnya, ada dua antek-antek lain selain para biawak, yakni
                      sagu. Sayang, diperjalanan kembali ke rumah, mereka    Buaya dan Burung Hitam. Namun, keduanya telah menyadari
                      justru dihadang Naga. Hanya Yakomina yang sedang       bahwa apa yang dilakukan Naga adalah salah. Mereka pun
                      mengandunglah yang berhasil lolos dari serangan tersebut.  akhirnya mengumpulkan massa untuk bisa mengalahkan Naga,
                         Mendengar kisah tersebut, Biwar naik pitam. Tidak   karena cara mengusirnya adalah dengan gotong royong dan
                      hanya mendendam akibat keluarganya dibunuh, dia juga   tidak berkelahi sesama masyarakat Papua.



 70   |                                                                                                                    |  71




                                                                                                                              01/07/24   09.13
       70-71 Art Talk.indd   71
       70-71 Art Talk.indd   71                                                                                               01/07/24   09.13
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76