Page 68 - Binder WO 085
P. 68

ART
               TALK





                                Perempuan, Religiositas,


                                DAN KEBERAGAMAN




                                Naskah: Elly Simanjuntak Foto: Dok. Jakarta Bienalle

                                       akarta Biennale 2021 ESOK mengadakan     tiba-tiba dan perlahan. Di tengah kondisi aneh yang
                                       sebuah program publik bertajuk Perempuan,   dihadapinya, Annisa yang terbiasa mengenakan
                                       Religiositas, dan Keberagaman sebagai salah   busana tertutup hingga penutup wajah sebagai salah
                                J satu rangkaian dari perhelatan seni rupa      satu praktik religositasnya, terus berusaha menjalani
                                berskala internasional ini. Menghadirkan Inaya Wahid,   kehidupannya seperti biasa sebagai istri yang
                                Alfiah Rahdini, dan Feby Indirani untuk mengulas topik   memiliki kewajiban dan sebagai pribadi yang memiliki
                                yang selalu hangat dihadirkan di Indonesia. Inaya   kehidupan sosial. Walau kegelisahan di dalam dirinya
                                membuka acara dengan pertunjukan pembacaan      tak terelakan. Cerpen tersebut dibacakan Inaya dengan
                                cerpen berjudul Perempuan yang Kehilangan       sangat menegangkan dan menakjubkan, namun juga
                                Wajahnya karya Feby Indirani di depan patung karya   indah dan mengharukan.
                                Alfiah Rahdini. Lalu, dilanjutkan dengan sesi diskusi   Diskusi pun dibuka dengan pemaparan lebih
                                bersama ketiga pembicara tersebut bertema Santai   dalam dari Feby terkait cerpen yang dibuatnya dan
                                Gak Santai: Perempuan, Religiositas, dan Keberagaman   dibacakan oleh Inaya. Dia mengaku sangat terkesan
                                yang berlangsung di Museum Nasional Indonesia   dan terharu dengan pertunjukan pembacaan cerpen
                                belum lama silam.                               ini dan menilai bahwa pertunjukan tersebut adalah
                                   Program ini menjadi bagian dari public engagement
                                kreasi Alfiah, salah satu seniman yang berpameran
                                dalam Jakarta Biennale 2021. Dia menghadirkan karya
                                patung berjudul Sri Naura Paramita yang ditempatkan
                                di Museum Nasional Indonesia. Patung tersebut
                                menampakkan figur seorang perempuan berkerudung
                                tengah duduk bermeditasi di atas sebuah padmasana.
                                Dengan busana layaknya beryoga, berikut kacamata
                                dan smart watch yang dikenakan, sebuah matras
                                terlihat tergerai, menopang posisi tubuh yang tengah
                                duduk di atas padmasana tersebut. Sri Naura Paramita
                                seolah ingin menghadirkan kompleksitas dan fluiditas
                                manusia hari ini dalam berbagai konteks.
                                   Untuk membicarakan konteks yang melingkupi
                                manusia hari ini, Alfiah mengajak Inaya untuk dapat
                                memberikan sebuah karya pertunjukan terkait dengan
                                responnya sebagai penggerak inklusivitas, toleransi,
                                dan keberagaman di Indonesia. Akhirnya, sebuah
                                pertunjukan pembacaan cerpen berjudul Perempuan
                                yang Kehilangan Wajahnya dilangsungkan di depan
                                karya Sri Naura Paramita.
                                   Cerpen karangan Feby tersebut menceritakan
                                sosok Annisa, seorang perempuan religios yang
                                hidup di perkotaan, lalu kehilangan wajahnya secara



               68   |                                                                                                                                                                                                                                        |  69
   63   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73