Page 69 - Binder WO 085
P. 69
karya utuh tersendiri yang dihadirkan Inaya. Feby juga perempuan dalam konteks beragama belakangan ini.
menceritakan bahwa dari pertunjukan tersebut, adalah Tubuh perempuan itu tidak pernah sederhana ditafsir di
salah satu bentuk tafsir bagaimana kita diajak untuk masyarakat dan dapat dikatakan sebagai medium, ranah
menyelami kehidupan seorang perempuan muslim tanda-tanda, bahkan medan pertempuran,” ujarnya.
di Indonesia. “Lalu melihat bagaimana kompleksitas Selanjutnya Inaya menanggapi, bahwa cerpen Feby
atau karya Alfiah bukan hanya membicarakan soal
busana atau secara spesifik kerudung saja, tetapi juga
berbagai macam aspek yang melingkupi perempuan.
“Bukan juga semata membicarakan bahwa A adalah
benar dan B adalah salah, tetapi ada banyak hal-hal
yang bisa kita lihat dari yang mungkin selama ini tidak
pernah diperhatikan. Inaya sangat percaya bahwa
seni, terutama sastra, itu kemudian memperhalus
diri dan jiwa kita. Salah satunya karena kita jadi bisa
melihat sudut pandang lain yang mungkin tidak
pernah dijalani atau perhatikan selama ini. Itulah
sebabnya, karya-karya seni memberikan ruang untuk
itu,” paparnya.
Bambang Asrini sebagai salah satu yang hadir
dalam diskusi menanggapi bahwa seni berperan
bukan hanya perihal estetika, namun juga interaksinya
dengan publik secara cair. Dia menambahkan, ”Humor
itu justru penting dalam seni, selayaknya bagaimana
Gus Dur menghadirkan humornya dalam mengkritik
negeri ini." Bambang pun berharap Inaya juga dapat
selalu terdepan dalam perannya di wilayah ini. Dan
juga harapannya pada Alfiah dan Feby untuk bisa
menjadikan karya mereka lebih dapat mudah diakses
oleh publik melalui kehadirannya di berbagai ruang.
68 | | 69