Page 79 - Binder WO 088
P. 79
erlangsungnya perhelatan MotoGP di perasaannya, meskipun sedang menghadapi
Sirkuit Mandalika beberapa waktu yang lawan dan meraih kemenangan. Sementara wirame
lalu turut membuat nama Lombok ramai merupakan gerakan yang dilakukan pepadu.
B diperbincangkan. Pulau yang berlokasi Meski dimainkan layaknya pertarungan, gerakan
tidak jauh dari Bali ini memang memiliki segudang hal dibawakan layaknya sebuah tarian yang memiliki
menarik. Mulai dari keindahan alam, hingga budaya tempo cepat. Selain dilakukan untuk menghindari
yang masih terjaga sampai saat ini, seperti peresean. rasa tegang, gerakan yang dipilih pun harus mampu
Peresean sendiri merupakan pertunjukan seni mempengaruhi lawan bertandingnya. Terakhir, ada
tari yang menjadi simbol kesatria suku Sasak di Pulau wirage, yakni kondisi fisik sang penari yang dianggap
Lombok pada zaman dahulu. Ketika itu, peresean kuat, sehingga mampu menghadapi lawan dan
merupakan sebuah seni bela diri. Tarian ini juga memenangkan pertarungan.
digunakan untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, Selain kedua penari, ada pula wasit atau yang
dan keberanian dalam bertarung. Di sisi lain, tari biasa disebut dengan pakembar. Berbekal sebuah ikat
peresean ini juga kerap dilakukan sebagai ritual kepala (saput) dan kain pengikat pinggang (bebadong)
masyarakat agraris Lombok untuk mendatangkan seorang pakembar memiliki tanggung jawab untuk
hujan pada musim kemarau. Kebiasaan ini bahkan mengawasi kedua penari. Selain memantau jalannya
telah dilakukan sejak abad ke-13. tarian, pakembar bertugas memilih pepadu. Ada
Ketika melakukan tarian ini, penari (pepadu) dua cara yang umum dilakukan, yakni kedua pepadu
yang berjumlah dua orang membawa tongkat rotan mengajukan diri, atau dipilih sang wasit.
(penjalin) dan sebuah perisai kulit kerbau tebal dan Peraturan yang diterapkan adalah tidak boleh
keras (ende) yang biasanya berukuran 50x50cm. Tidak memukul bagian perut, hingga ke area bawah. Hanya
sembarangan, pepadu yang terpilih harus memiliki diperbolehkan menyerang bagian atas seperti kepala,
tiga sifat, yaitu wirase, wirame, dan wirage. Wirase pundak, dan punggung. Saat tarian mulai berlangsung,
merupakan cara pepadu menggunakan perasaan dan kedua gerakan pepadu akan diiringi alunan dari
hatinya selama menari. Dia harus tetap menggunakan gamelan sasak yang terdiri dari gendang, suling, gong,
dan rincik. Ritme yang dipilih akan meningkatkan
semangat bertarung.
Suara musik yang dihasilkan bahkan dipercaya
mampu mengurangi sakit akibat pukulan rotan.
Pada beberapa kesempatan, bahkan dimainkan pula
alunan khusus yang kerap menghadirkan kesan mistis
menurut kepercayaan masyarakat setempat. Nantinya,
pertandingan akan dihentikan ketika diminta oleh
pakembar.
Salah satu hal menarik dari tradisi ini adalah
larangan membawa dendam keluar arena. Maka, ketika
pertandingan usai, kedua belah pihak harus menerima
hasil dari apa yang mereka lakukan. Umumnya kedua
pepadu akan bersalaman dan berpelukan setelah hasil
diumumkan. Meski dari awal kemunculannya hingga
sekarang tarian ini kerap disakralkan, tapi Tari Peresean
kini mulai dilakukan pada acara-acara besar di luar
upacara adat. Sekaligus menjadi salah satu daya tarik
bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
78 | | 79